Oct 9, 2011

Hikmah Matematik Dibalik Gerakan Shalat

Shalat adalah ikatan yang kuat antara langit dan bumi, antara Allah dan hamba-Nya. Dalam islam shalat memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai rukun dan tiang agama.

Berikut firman Allah SWT tentang kewajiban shalat

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An Nisa: 103)
Dalam shalat, gerakan berdiri, ruku’, I’tidal, sujud dan duduk dilakukan berulang-ulang. Secara logika, seorang sopir yang menempuh suatu perjalan untuk yang pertama kalinya. Maka, dapat dipastikan bahwa dia akan berhati-hati sebab kodisi jalan yang dilalui belum diketahui. Sehingga kemungkinana kecelakaan sangat minim dan waktu yang dibutuhkanpun agak lama.

Namun seiring berjalannya waktu, untuk jarak yang sama waktu yang dibutuhkan semakin berkurang sebab dia telah hapal dan mengetahui kondisi jalan yang akan dilalui. Berdasarkan hal itu maka dapat dikatakan bahwa sesuatu perbuatan yang dikerjakan untuk pertama kalinya akan terasa berat. Namun jika telah menjadi rutinitas, maka akan terasa membosankan. Tetapi yang harus pahami bahwa hal itu menjadi bertolak belakang ketika berbicara tentang shalat. kita diperintahkan agar bersabar dalam mengerjakannya. Dan ini sangat berat untuk dilakukan.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS. Taahaa:132)

Ada apa dibalik shalat dan sabar? Apa kaitan keduanya? Mengapa keduanya dijadikan penolong?

Berikut misteri dibalik itu semua.

Gerakan shalat yang benar ditinjau dari aspek kesehatan

· Berdiri (Qiyam)

Sikap berdiri adalah dimana seorang muslim berdiri dalam posisi yang tidak condung dan tidak kaku. Kedua betis meranggang dengan jarak kira-kira dua bahu, tangan kanan memegang tangan kiri dengan tenang. Dalam posisi ini otot yang berada di punggung memberi kesempatan kepada tulang punggung pada posisi lurus

· Ruku’

Dr.Taufiq Ulwah menggambarkan posisi ruku’ yang ideal secara sederhana adalah posisi badan membentuk sudut 900 dengan kaki tetap berdiri. Punggung lurus dan kokoh dengan kepala terangkat sejajar dengan memanjangnya badan.

Posisi ruku’ menempatkan jantung berada dalam suatu garis horisontal dengan pembulu darah tulang, sebagai ganti dari letak asalnya yaitu dalam posisi lebih tinggi dari pada pembulu darah tulang tersebut. Posisi ruku’ tersebut jelas memudahkan aliran darah untuk kembali kejantung karena pengaruh aktivitas penarikan oleh urat-urat jantung. Sehingga jantung dapat leluasa menarik darah tanpa rintangan gaya gravitasi bumi. Akhirnya darah dapat dibersihkan dari segala kotoran-kotoran secara maksimal setelah mengalir ke bagian-bagian tubuh.

· Bangun Dari Ruku’

Gerakan ini dilakukan dengan tenang, kedua tangan terurai santai dikedua sisi tubuh. Pada posisi ini kondisi tulang-tulang kembali sebagaimana pada saat sebelum ruku’.

Gerakan bangun dari ruku’ membantu menarik napas yang dalam lalu diikuti mengeluarkan napas tersebut dari arah yang berlawanan dengan kuat. Diafragma (sekat rongga badan antara dada dan perut) kembali dalam posisi lebih tinggi. Rongga perut tertekan ketempat yang lebih rendah. Dada berada dalam posisi lebih tinggi dari desakan udara, sehingga mengurangi terpancarnya darah yang menuju kedada. Aliran dara yang tengah berada pada kedua kaki mempunyan kesempatan leluasa untuk berjalan cepat menuju rongga perut dimana urat-urat yang sedang lunak siap menerima darah yang sedang berjalan dari arah kaki. Aliran darah berasal dari kedua kaki yang menuju keatas melewati dua tingkatan secara berutun.

Pertama, pada saat mengeluarkan napas dengan kuat darah berpindah dengan cepat dari urat-urat kaki menuju urat-urat perut. Hal ini juga dibantu oleh terbukanya sumbatan menuju arah yang lebih tinggi.

Kedua, ketika memulai mengambil napas yang dalam, darah yang berkumpul pada urat-urat perut mendapat jalan yang mudah menuju keatas yang kemudian berada disisi kanan jantung untuk mencegah jatuhnya darah kebawah sumbatan yang dipersiapkan untuk menerima darah dari urat-urat kedua kaki kembali.

Demikainlah sebuah koordinasi yang seimbang dan mengagumkan yang berasal dari gerakan bangun ruku’ dan gerakan sebelumnya. Geraka ruku’ banyak memeras sebanyak-banyaknya kadar darah dari rongga perut, dan ketika bangun dari ruku berfungsi menarik darah-darah ini dengan kuat menuju kawasan jantung yang memang sudah haus menerima darah. Disisi lain gerakan ini juga memberikan kesempatan besar bagi darah-darah yang ada dikaki untuk naik menuju urat perut yang sudah dipersiapkan guna diteruskan kekawasan jantung kembali.

· Dari Berdiri Menuju Sujud

Dr.Taufiq Ulwah menyatakan gerakan ini berlangsung dengan cepat dan hanya perlu sedikit waktu. Tetapi manfaatnya tidak bisa disepelahkan.

Hal penting yang dihasilkan oleh gerakan turun dari berdiri menuju sujud adalah membangkitkan semua proses pemompaan darah oleh urat samping serta maksimal dan seaktif mungkin, serta punuh keselarasan dan keseimbangan. Gerakan tersebut memompa darah pada bagian urat kaki, meningkatkan tekanan darah pada bagian betis dan paha dari satu sisi kesisi lainnya, begitu pula dengan perut. Pengerutan otot-otot pada derah tersebut dalam satu gerakan bertujuan untuk memompa darah pada urat yang terdapat dalam jaringan darah menuju urat kecil dan diteruskan keurat yang besar.

· Sujud

Waktu yang dibutuhkan pada posisi ini sama dengan waktu yang dibutuhkan waktu ruku’. Posisi tubuh bertumpu pada tulang kening, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan jari-jari kaki (ujung jari-jari kaki menghadap kiblat). Punggung tetap lurus, sebaiknya jauhkan siku dari badan dan tidak boleh menyentuh lantai. Kedua paha lurus diatas lutut.

Menurut Dr. Taufik ulwan, bahwa sesuatu yang mengagumkan dari posisi sujud adalah melancarkan sirkulasi darah yang sempurna searah dengan gaya gravitasi bumi. Ketika itu darah yang berasal dari bagian lekuk telapak kaki yang biasanya kesulitan naik. Pengencangan punggung menjadi otot yang bersandar pada punggung mengalirkan darahnya dengan deras menuju aliran darah yang memancar dalam nadi darah besar yang pada saat itu berada dalam posisi lebih tinggi dari posisi keberadaan jantung. Sehingga perjalanan darah bertambah mudah dan cepat menuju jantung apalagi dibantu dengan gaya gravitasi bumi. Posisi sujud yang intimewa ini memmberikan pengaruh berupa tekanan pada rongga perut. Pengerutan otot-otot dinding perut bagian depan juga menambah tekanan pada rongga perut. Hal ini tentu menyebabkan terperasnya darah yang telah mengalami kesilitan yang mendapat rintangan didepannya untuk menuju otot jantung. Ketika itu otot jantung berada pada level lebih rendah dari sirkulasi darah dan siap menerima aliran darah yang jatuh dari atas.

· Bangun Dari Sujud (duduk diantara dua sujud)

Dengan tanang kepala diangkat hingga badan dalam posisi duduk dengan punggung tegak.paha kiri tetap diatas tulang kering.adapun tulang kering kaki kanan tenang diatas ujung jari-jari kaki kanan. Sementara telapak tangan berada diatas kedua paha.

Bangun dari sujud diikiti pangambilan napas yang dalam, hal itu membantu aktivitas pemompaan rongga dada serperti ketika baru bangun dari ruku’. pada posisi ini kedua kaki yang keduanya tengan terlipat, otot-ototnya melemas yang sedang memberi kesempatan kepada darah yang ada dipermukaan untuk mendapatkan jalan menuju aliran bagian dalam.Sementara otot paha menekan otot yang melindungi tulang betis, terdapat urat-urat yang juga memeras darahnya. Proses pengembalian darah itu dibarengi pula dengan pemompaan darah pada kedua telapak kaki dengan tekanan yang kuat. Pada sujud yang kedua, sirkulasi darah terulang sebagai mana pada sujud yang pertama.

· Salam

Salam bukan sekedara menoleh kanan kiri, tetapi memperlihatkan pipi kepada shaf dibekangnya. Sebagai implikasi sosial yang tinggi dari pelaku shalat.

Secara anatomis, leher adalah bagian tubuh yang sangat vital sebagai penghubung antara kepala dan tubuh. Rangka leher terdiri atas tujuh ruas tulang belakang, dengan otot yang cukup tebal melindungi struktur di bawahnya. Kerusakan pada pada tulang leher dapat berakibat meninggal mendadak, karena didalamnya terdapat sumsum tulang belakang pada segmen yang mengatur pusat pernafasan dan kerja jantung. Gerakan salam bermakna melatih kelenturan leher dan mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan. Subhanallah

Psikolog belanda, Prof. Van Der Hoven (2002). Mengumumkan temuan barunya bahwa pengucapan lafash ALLAH dengan benar dan tepat secara berulang-ulang, akan menghindarkan kita dari penyakit psikologis, melancarkan dan menormalkan pernafasan. Dalam gerakan shalat kita berulang kali menyebut ALLAH. Hal ini bukan sekedar mengucapkan, tetapi ternyata dibalik itu semua ada rahasia Ilahi yang terungkap dari hasil penemuan Prof. Van Der Hoven.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar_Rahman)

Ternya shalat yang menjadi kewajiban bukan sekedar kewajiban tetapi ada manfaat yang besar dibalik itu. Allah Maha pencipta tentu Dia pulalah yang paling mengetahui ciptaannya. Dengan mengerjakan perintahnya maka berarti kita mentaati Allah, sebagaimana taatnya seorang pemilik sepeda motor kepada dialer, yang tentunya tak lain dan tak bukan agar kendaraannya tahan lama (mendapat garansi).

SEKARANG MARI KITA TINJAU DARI ASPEK MATEMATIK

Dalam sekali bernafas kita butuh ± 500 mL oksigen (O2)

Kita bernafas ±13-18 kali permenit, kita ambil kemungkinan terkecil 13 kali. Artinya kita butuh O2 sebanyak 13 x 500 mL = 6500 mL permenit. 6500 mL x 60 = 39000 mL perjam. 9360000 mL = 9360 L perhari. Sebagai perbandingan harga 1 tabung O2 Rp 33.000,00 isi 5 L. Artinya jika kita terkena gangguan pernafasan sehingga harus dibantu dengan tabung udara, maka dalam 1 menit pemakian kita harus membayar Rp 33.000,00. Allah Maha Pemurah, tidak pernah menagih uang O2 kepada kita. Kewajiban shalat adalah jalan agar pernafasan dan peredaran darah tetap normal, itulah sebabnya mengapa gerakan shalat dimulai dengan asma Allah (takbir) dan setiap pergantian dari gerakan yang satu ke gerakan yang lain juga dengan asma Allah sebagai normalisasi pernafasan. Pernafasan membantu peredaran darah. Allahu Akbar