Jun 16, 2020

Teori Belajar Behavioristik, Penerapan Dalam Pembelajaran

Pengertian Belajar Menurut pandangan Teori Behavioristik

Belajar menurut Teori Behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Sebagai contoh, seorang anak yang belum dapat berhitung perkalian, walaupun dia sudah berusaha keras, dan gurunya pun telah mengajarkannya dengan tekun, namun jika dia belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka dia belum dianggap belajar. Karena dia belum menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.

Yang terpenting dari Teori Belajar Behavioristik adalah Stimulus (input) dan Respons (output). 

Stimulus adalah apa saja yang diberikan oleh seorang guru kepada siswanya, misalkan daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara tertentu, untuk membantu belajar siswa. Respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimuslus yang diberikan oleh guru tersebut.

Proses yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap tidak penting karena tidak dapat diukur, yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons itu sendiri. Sehingga apa yang diberikan oleh guru berupa stimulus dan apa yang dihasilkan oleh siswa (respons), semua harus dapat diamati dan diukur. 

Hal lain yang juga dianggap penting dalam Teori Behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dilakukan sehingga dapat memperkuat timbulnya respons. Misalnya pemberian tugas oleh guru kepada siswanya. 

Jika tugas ditambahkan dan kegiatan belajar siswa makin meningkat, maka hal tersebut merupakan penguatan positif (Positive reinforcement) dalam belajar. Adapun jika tugas dikurangi dan aktivitas belajar siswa meningkat, maka itu merupakan penguatan negatif (Negative reinforcement).

Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan, ditambahkan ataupun dikurangi untuk tujuan meningkatkan respons siswa.

Berikut ini adalah 2 tokoh Aliran Behavioristik, beserta pandangan-pandangnya:

Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh alat indra. Sedangkan respons adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang dapat berupa pikiran, perasaan, ataupn tindakan/gerakan. 

Jadi menurut Thorndike, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat berupa wujud kongkrit (dapat diamati) atau tidak kongkrit (tidak dapat diamati).

Hal yang menarik adalah bahwa Thorndike tidak dapat menjelaskan secara pasti bagaimana cara mengukur hal-hal yang tidak dapat diamati, walaupun pada dasarnya Inti dari teori Behavioristik adalah pada pengukuran.

Teori Belajar Menurut Skinner

Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. stimulus-stimulus yang diberikan yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi, dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan.

Adapun respon yang dimunculkan akan mempunya konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku.

Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, maka terlebih dahulu harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan stimulus yang lain, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat daro respon tersebut.

Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul, dan program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan antara stimulus dan respons serta mementingkan faktor penguat, merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

Aplikasi Teori Behavioristik dalam pembelajaran menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajarinya, penyajian materinya dilakukan secara runtut dari bagian yang satu kebagian yang lain hingga keseluruhan. Pembelajaran dan Evaluasi menekankan pada hasil, dan hanya ada satu jawaban yang benar, dan Jawaban yang benar menjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.